Senin, Februari 14, 2011

Keanekaragaman Makroinvertebrata Sungai Sukamade TN. Meru Betiri


KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA DI SUNGAI SUKAMADE

TAMAN NASIONAL MERU BETIRI
JAWA TIMUR

Kelompok Penelitian
Makroinvertebrata









DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2010

NAMA ANGGOTA KELOMPOK PENELITIAN MAKROINVERTEBRATA

No
Nama
NIM
1
Ario Mukti W. D. S.
080710379
2
Nur Indah Fatmawati
080710389
3
Elga Renjana
080710072
4
Happy Mary Ramadhany
080710387
5
Aisyah Hadi R.
080710388
6
Eka Putri Noveta Sari
080710384
7
Pramita Putri R.
080710399
8
Tri Endah Wati
080710376
9
Nimas Wening Nastiti
080810252
10
Machmudhatun Nisa
080810591
11
Melia Eka Agustin
080810579
12
Muhammad Firdaus
080810131
13
Mirfat Juni Susilo Wenti
080810323
14
Imas Masitho
080810125
15
Putut R. Purnama
080914083
16
Ridzky Anis A. Y.
080914013
17
Ari Puspito Utomo
080911011
18
Nizam Alif Rahmawan
080911047
19
Bakhtiar Vandy Rahmat
080911009
20
M. Rihanza Virahmadi
080911019
21
Febri Eko Wahyudianto
080911010
22
Onny Zharkasy Rinanda
080911014
23
Andianto Satrio Prakoso
080911031


LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN


Judul      

:
KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA DI SUNGAI SUKAMADE
TAMAN NASIONAL MERU BETIRI JAWA TIMUR
Penyusun
:
Kelompok Penelitian Makroinvertebrata
Ketua kelompok
:
Nimas Wening Nastiti
Pembimbing

:
Drs. Moch. Affandi, M.Si.








Disetujui oleh :

Penanggung Jawab
Kelompok Penelitian



Nimas Wening Nastiti
NIM. 080810252

Disetujui oleh :

Dosen Pendamping Lapangan



Drs. Moch. Affandi, M.Si.
NIP. 19640412 199102 1001




KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhannahuu wa Ta’ala atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga proses penelitian dan penyusunan laporan Pelatihan dan Pengembangan Penelitian Lapangan ini dapat kami selesaikan secara lancar.
Laporan ini kami susun sebagai tidak lanjut dari kegiatan P3L yang telah diselenggarakan pada 10-16 Februari lalu.
Adapun judul laporan P3L kami adalah :
KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA DI SUNGAI SUKAMADE
TAMAN NASIONAL MERU BETIRI
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Drs. Moch. Affandi, M.Si. sebagai dosen pembimbing kami, pengelola Balai Taman Nasional Meru Betiri, kawan-kawan kelompok penelitian Makroinvertebrata, dan seluruh pihak yang telah membantu proses penelitian hingga penyusunan laporan kami.
Harapan kami adalah semoga khasanah ilmu yang terungkap dalam laporan P3L ini bermanfaat.




Surabaya, 5 Maret 2010

Penyusun
 





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan     
Taman Nasional Meru Betiri,  secara geografis terletak antara 8°21’-8°34’  LS, 113°37’-113°58’ BT dan secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur (Anonimus, 2009). Taman Nasional Meru Betiri memiliki ekosistem yang lengkap, salah satunya adalah ekosistem sungai. Salah satu sungai didalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri adalah Sungai Sukamade (Anonimus, 2008a).
Sungai Sukamade mengalir dari desa Sukamade hingga pantai Sukamade. Lokasi aliran sungai yang demikian, diduga berpengaruh terhadap beberapa faktor, di antaranya salinitas dan komposisi substrat, kedua faktor tersebut mempengaruhi keanekaragaman makroinvertebrata yang hidup di dalamnya.
Sungai merupakan komunitas lotik, sebagian besar sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah yang dihasilkan aktivitas manusia. Padahal sungai merupakan sumber air tawar utama untuk kehidupan makhluk disekitarnya, seperti minum, mandi, dan memasak. Menurut Rondo (1982) masuknya lumpur hasil pengikisan tanah serta bahan buangan  berupa sampah dan limbah ke dalam sungai dapat menyebabkan perubahan substrat di dasar sungai.
Makroinvertebrata merupakan organismee indikator yang memiliki toleransi luas untuk kondisi lingkungan yang berbeda dan berpengaruh dengan pola penyebaranan dan berdampak pada kualitas lingkungan. Bioakumulasi indikator merupakan organismee indikator khusus (Helawell, 1986). Umumnya disebut ”sentinel” organismee, makroinvertebrata pengumpul polutan pada tempat hidupnya.
Makroinvertebrata merupakan salah satu kelompok biota perairan yang terdapat di sungai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri. Kelompok ini memiliki kedudukan yang cukup penting dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem sungai, dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan menurut Eznawan (2009). Oleh karena itu makroinvertebrata dapat menjadi biomonitoring terhadap kerusakan (pencemaran) lingkungan, dan dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk untuk mengetahui berbagai polutan yang berakibat pada populasi, komunitas, dan level ekosistem (Nastiti, dkk, 2009). Selain itu Odum (1993) mengatakan bahwa makroinvertebrata menempati beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.
 Penelitian ini diarahkan untuk mengungkap keanekaragaman makroinvertebrata di Taman Nasional Meru Betiri, khususnya makroinvertebrata sungai. Penelitian tentang makroinvertebrata sungai di Sungai Sukamade  Taman Nasional Meru Betiri belum pernah dilakukan, sehingga diharapkan pada penelitian ini dapat menyediakan data dasar mengenai komposisi substrat dan kondisi ekologis sungai Sukamade, terutama dari tinjauan keanekaragaman makroinvertebrata.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka berikut adalah rumusan masalah yang diajukan:
1.        Bagaimanakah keanekaragaman spesies Makroinvertebrata di sungai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri?
2.        Bagaimana kualitas  air sungai Sukamade, bila diukur menggunakan bioindikator Makroinvertebrata ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.        Keanekaragaman spesies Makroinvertebrata di sungai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri.
2.        Kualitas sungai Sukamade dengan menggunakan spesies Makroinvertebrata sebagai bioindikator.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang keanekaragaman jenis makroinvertebrata dan kondisi ekologis sungai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri. Data dan informasi ini agar dapat dijadikan sebagai data dasar dalam menentukan kebijakan pengelolaan di Taman Nasional Meru Betiri khususnya, serta sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum mengenai Makroinvertebrata
Makroinvertebrata adalah kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang yang hidup menempel pada substrat atau sedimen, dan tertanam oleh jaringan yang memiliki ukuran 0,5 mm – 1 mm (Nastiti, 2009), hidupnya menempati substrat seperti sedimen, debris, kayu-kayu, makrofita, alga berfilamen, dan lain-lain (Rosenberg dan Resh, 1993). Makroinvertebrata memakan nutrien yang berasal dari Allochtonous dan Autochtonous. Kelebihan dari makroinvertebrata sehingga banyak digunakan dalam pemantauan kualitas air adalah karena beberapa hal berikut ini (Eznawan, 2009).


1.        Sifat hidupnya yang relatif menetap atau tidak berpindah-pindah, meskipun

kualitas air tidak mengalami perubahan.


2.        Dapat dijumpai pada beberapa zona habitat akuatik, dengan berbagai kondisi

kualitas air.
3.        Masa hidupnya cukup lama, sehingga keberadaannya memungkinkan untuk merekam kualitas lingkungan di sekitarnya.


4.        Terdiri atas beberapa jenis yang memberi respons berbeda terhadap kualitas

air.
5.        Relatif lebih mudah untuk dikenali dibandingkan dengan jenis mikroorganismee lain.
6.        Mudah dalam pengumpulannya, karena hanya dibutuhkan alat yang sederhana yang dapat dibuat sendiri.
2.2 Tinjauan Umum mengenai Keanekaragaman
        Keanekaragaman dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu keanekaragaman spesies, genetika, dan ekosistem (Odum, 1993). Keanekaragaman spesies merupakan ungkapan struktur komunitas (Brower et al., 1998). Keanekaragaman menggambarkan perbandingan jumlah individu masing-masing spesies dalam suatu komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman tinggi jika komunitas tersebut tersusun oleh banyak spesies yang mempunyai kelimpahan besar dan sama rata atau hampir sama rata.
Komunitas yang mempunyai keanekaragaman rendah tersusun oleh sedikit spesies yang salah satu spesiesnya memiliki kelimpahan yang jauh lebih tinggi di banding spesies yang lain, dengan kata lain dalam suatu komunitas terdapat kelimpahan suatu spesies yang sangat dominan. Komunitas dalam lingkungan yang stabil mempunyai keanekaragaman spesies yang lebih tinggi daripada komunitas-komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan musiman secara periodik oleh manusia dan alam (Odum, 1993).

2.3 Fungsi Ekologis Makroinvertebrata
Makroinvertebrata memiliki berbagai macam fungsi ekologis, salah satunya yaitu peranannya pada kawasan peraiaran sungai yang tidak dapat diremehkan dalam hal menjaga keseimbangan ekosistem. Tidak hanya bermanfaat untuk menjaga ekosistem perairan tawar (sungai), makroinvertebrata juga dapat menjadi biomonitoring terhadap kerusakan (pencemaran) lingkungan, oleh karena itu, makroinvertebrata dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk untuk mengetahui berbagai polutan yang berakibat pada populasi, komunitas, dan level ekosistem (Nastiti dkk, 2009).
Selain itu Makroinvertebrata memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Eznawan 2009), serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993).
Sebagai organismee indikator, makroinvertebrata memiliki toleransi yang sempit untuk kondisi lingkungan yang berbeda, hal tersebut berpengaruh terhadap pola penyebarannya yang bisa menjadi parameter kualitas lingkungan (sungai). Bioakumulasi indikator merupakan orgaisme indikator khusus (Helawell, 1986). Umumnya disebut ”sentinel” organismee, makroinvertebrata pengumpul polutan pada tempat hidupnya.

2.4 Keanekaragaman Makroinvertebrata di Indonesia
Indonesia terbentuk atas kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Kondisi geogafis Indonesia memungkinkan banyak ditemukannya jenis makroinvertebtrata, karena Indonesia memiliki iklim tropis dengan temperatur tinggi dan relatif tetap sepanjang tahun, serta kelembaban dan curah hujan yang tinggi.
Kekayaan keaekaragaman hayati Indonesia tersebar di berbagai kawasan ekosistem perairan. Berbagai jenis biota telah beradaptasi dengan baik terhadap kondisi habitat di berbagai zona maupun tipe ekosistem. Dengan demikian keanekaragaman hayati yang ada di suatu ekosistem merupakan refleksi dari kerakteristik fisik dan kimia (faktor-faktor abiotik) dari ekosistem tersebut.

2.5 Tinjauan Umum mengenai Taman Nasional Meru Betiri
Taman Nasional Meru Betiri terletak di ujung Timur Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember Jawa Timur (Anonimus, 2009). Nama Meru Betiri berasal dari dua gunung yang terdapat di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, yaitu teluk Meru dan gunung Betiri. Apabila kedua gunung tersebut dilihat dari kantor Balai Taman Nasional (Utara), maka Gunung Betiri terletak di sebelah kiri Gunung Meru (Anonimus, 2008b).


Gambar 1. Peta Taman Nasional Meru Betiri

Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai fungsi (Anonimus, 2008b):
  1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
  2. Pengawetan flora dan fauna
  3. Pemanfaatan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian
Pengambilan sampel di lapangan dilakukan selama dua hari, tanggal 13-14 Februari 2010 di badan sungai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Selanjutnya, kegiatan identifikasian spesimen dan analisis data dilakukan di Laboratorium Ekologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS) untuk menentukan titik koordinat stasiun; mengoleksi sampel makroinvertebrata menggunakan Surber-net, kicknet, sikat gigi, botol semprot, dan saringan; mengukur gradien kadar garam menggunakan salinometer; melakukan identifikasi sampel hewan menggunakan cawan petri, sikat gigi, talam, pipet, lampu duduk, pinset, mikroskop stereo, loop, dan buku kunci identifikasi hewan makroinvertebrata (daftar buku identifikasi yang digunakan terlampir); melakukan visualisasi dan deskripsi spesimen menggunakan peralatan tulis, kamera digital, dan kamera mikroskop; pengukuran kecepatan arus menggunakan pelampung, pita meteran (30 m), dan stopwatch; pengukuran suhu menggunakan termometer; pengukuran kadar organik substrat menggunakan furnace, krus porselin, timbangan analitik, dan oven; pengukuran tekstur tanah menggunakan mesh bertingkat, oven, dan timbangan analitik; pengambilan substrat dasar menggunakan grab.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan penelitian meliputi komunitas makroinvertebrata yang hidup di badan sungai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri, dan formalin 36%.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif, yaitu data yang didapat berupa daftar koleksi dan karakter morfologi dari makroinvertebrata serta kondisi substrat di dasar sungai. Dari hasil karakterisasi morfologis tersebut, serta hasil identifikasi dari jenis makroinvertebrata yang didapat, selanjutnya dilakukan visualisasi dalam bentuk gambar dan foto. Sedangkan untuk mengetahui tekstur substrat digunakan mesh bertingkat, sehingga nampak komposisi dari masing-masing fraksi tanah. Kemudian mengetahui presentase kadar organik dalam substrat dengan menggunakan furnace dan oven dengan waktu yang telah ditentukan. Dari hasil yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif berdasarkan pola gambar dan tabel yang telah didapatkan.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Pembuatan Stasiun
Lokasi penelitian terdapat di aliran sungai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri, arah hulu diawali di Desa Sukamade hingga ke arah hilir terdapat di muara atau pantai Sukamade. Pengambilan sampel dilakukan dengan membagi daerah aliran sungai Sukamade menjadi tiga segmen (Fachrul, 2008), yaitu: segmen I mewakili daerah hulu dipilih di dekat perkampungan Sukamade, segmen II mewakili daerah tengah dipilih di dekat kawasan perkebunan, dan segmen III mewakili daerah hilir dipilih di aliran dekat hutan pantai/muara. Setiap segmen dibuat stasiun untuk membatasi wilayah kerja, berikut.




Gambar di atas merupakan ilustrasi dari pengambilan sampel di daerah pinggiran sungai (riparian) menggunakan kicknet, sedangkan pengambilan sampel di daerah dasar sungai menggunakan jaring Surber dan pengeruk substrat (grab).

3.4.2.           Penentuan Titik Koordinat Stasiun
Penentuan titik sampling dilakukan dengan menggunakan pertimbangan (purposive) yaitu dengan membagi tiga kondisi aliran sungai yang diasumsikan berbeda. Ketiga kondisi tersebut adalah daerah hulu di dekat perkampungan Sukamade, di bagian tengah yang berdekatan dengan aktifitas perkebunan, dan hilir sungai di dekat muara (pantai). Sedangkan untuk menentukan titik koordinat stasiun dilakukan pada titik tengah pada masing-masing stasiun. Data titik koordinat tersebut selanjutnya dimasukkan dalam tabel pengamatan.
3.4.3.         1.4.2.           Pengambilan Data Makroinvertebrata dan Substratnya


Pengambilan makroinvertebrata di dasar sungai dilakukan dengan menggunakan Surber-net yang diletakkan di dasar sungai. Terlebih dahulu batu-batu yang ada di dalam bingkai Surber dipindahkan ke dalam talam, kemudian substrat pada bingkai tersebut diburai hingga makroinvertebrata yang ada tersapu arus dan terperangkap dalam jaring. Selanjutnya makroinvertebrata yang terperangkap dimasukkan ke dalam talam. Sementara itu, permukaan batu yang berasal dari bingkai Surber disikat untuk mengambil makroinvertebrata yang menempel pada permukaannya. Makroinvertebrata yang ada di talam tadi disortir dengan menggunakan saringan bentos.
Pengambilan makroinvertebrata di daerah riparian dilakukan dengan menggunakan handnet. Yaitu dengan menyodokkan handnet ke wilayah riparian dan mengumpulkan makroinvertebrata yang tersaring di dalam handnet.  Selanjutnya sampel makroinvertebrata dikumpulkan dalam botol koleksi dan siap dilakukan identifikasi dan analisis sampel. Data hasil analisis disajikan dalam tabel pengamatan tiap stasiun dan jenis makroinvertebrata yang ditemukan akan didokumentasikan menggunakan kamera digital.
3.5. Analisis Sampel
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis makroinvertebrata dilakukan dengan  mengelompokkan dan mengidentifikasi sampel hingga tingkat spesies dengan menggunakan buku-buku kunci identifikasi makroinvertebrata. Selain itu untuk mengelompokkan makroinvertebrata, juga dilakukan dengan memvisualisasikan dalam gambar kemudian dijelaskan secara deskriptif.
Pembuatan foto makroinvertebrata dilakukan dengan menggunakan kamera digital dan foto mikroskop stereo type Olymphus SZX9. Preparat yang digunakan adalah preparat segar yang telah diawetkan dengan formalin 6%.
3.6. Analisis Data
Untuk mengetahui korelasi dan hubungan antara substrat dasar di sungai dengan keberadaan jenis-jenis makroinvertebrata, dilakukan penghitungan presentase kadar organik pada substrat, komposisi fraksi-fraksi tanah, dan pendataan keragaman spesies makroinvertebrata.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Deskripsi Lokasi dan Titik Sampling
Berikut adalah rangkuman tentang lokasi dan stasiun pada Sungai Sukamade Taman Nasional Meru Betiri.
Tabel 4.1 Deskripsi kondisi lokasi dan stasiun penelitian di Sungai Sukamade




Kecepatan arus air yang cendrung semakin melamban dari arah hulu menuju ke muara; stasiun V= 1.103 m/s, stasiun VI= 1,570 m/s, stasiun I= 0.656 m/s, stasiun II= 0.754 m/s, stasiun III= 0.650 m/s, dan stasiun IV= 0.9 m/s, mempengaruhi keadaan substrat. Di mana semakin deras arus air, komposisi substrat akan didominasi oleh bebatuan besar, dan sedikit pasir kasar didaerah pinggiran badan sungainya, seperti stasiun I, II, V, dan stasiun VI.
Penelitian sungai sukamade pada kesempatan kali ini pada bulan februari, sehingga termasuk dalam musim hujan. Hal tersebut menjadi pertimbangan bahwa kondisi sungai akan berbeda ketika pengamatan dilakukan pada bulan-bulan yang termasuk dalam musim kemarau, perbedaan itu akan sangat terlihat pada beberapa faktor fisik kimianya yaitu kecepatan arus, lebar aliran sungai, kondisi substrat dan kejernihan air serta pH. Perubahan kondisi-kondisi (faktor kimia fisika) sungai tersebut akan berpengaruh terhadap makhluk hidup yang berada didalam sungai, termasuk makroinvertebrata.

Kadar Organik Substrat
      Penentuan kadar organik dilakukan dengan proses pembakaran menggunakan furnace. Prinsip kerjanya hampir sama dengan oven, akan tetapi suhunya sangat tinggi mencapai 300 0C. Sampel yang kami gunakan dalam analisis kadar organik ini diambil dari stasiun III (muara), sebab distasiun lain substratnya berupa batu-batu besar bercampur dengan pasir. Adapaun anilisisnya sebagai berikut:
Pengovenan subsampel substrat ± 30 gr dalam suhu 60 0C ± 48 jam, dengan tujuan agar betul-betul kering, didapatkan berat kering = 14, 1 gr. Substrat kering tadi dibakar menggunakan furnace selama 6 jam, dengan suhu 300 0C, didapatkan berat abu = 13,6 gr. Penentuan kadar organik dapat di tentukan dengan menggunakan rumus: 


Tidak ditemukan sampah anorganik dan ditemukan sedikit sampah organik disepanjang lokasi penelitian, meskipun sungai ini menjadi tempat aktivitas sehari-hari (mandi, mencuci pakaian, dan buang air) penduduk desa Sukamade yang terdapat pada bagian hulu aliran sungai.

4.2 Jenis makroinvertebrata yang terdapat di Sungai Sukamade
        Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di 6 stasiun yang mewakili sungai Sukamade yang mengalir dari desa Sukamade hingga pantai Sukamade, Taman Nasional Meru Betiri, didapatkan data yang disajikan dalam tabel 4.2; tabel 4.3; tabel 4.4; tabel 4.5; dan tabel 4.6.
        Dari data yang didapat tersebut diketahui bahwa makroinvertebrata, dengan jumlah spesies terbesar terdapat di stasiun V sebanyak 31 spesies, dan secara berturut–turut diikuti oleh stasiun VI, stasiun II , stasiun I, dan stasiun III, masing-masing dengan 29, 26, 19, dan 11 spesies, untuk stasiun IV tidak dijumpai spesies apapun.
            Sedangkan data yang didapat dari masing-masing stasiun menunjukkan sedikit kemiripan mengenai spesies yang dominan dari masing-masing stasiun, stasiun 1 didominasi oleh spesies Thiara winteri sebanyak 85 disusul oleh Clithon rarispina, Clithon faba, yang masing-masing berjumlah 35 dan 32. Stasiun II didominasi oleh Brotia spadicea dengan jumlah 164, disusul dengan Clithon rarispina, Melanoides rustica yang masing-masing berjumlah 62 dan 57. Kemudian stasiun III didominsai oleh Brotia spadicea, Faunus ater, serta Clithon faba yang masing-masing berjumlah 186, 21, dan 8. Stasiun V didomminasi oleh Sulcospira sulcospira, Clithon rarispina, Thiara winteri yang masing-masing berjumlah 244, 52, dan 38. Stasiun VI didominasi oleh Thiara winteri, Sulcospira sulcospira, dan Clithon faba masing-masing berjumlah 52, 46, dan 21. Dimana seluruh spesies yang mendominasi masing-masing stasiun tergolong dalam kelas Gastropoda.


1 komentar: