Minggu, Februari 13, 2011

KEANEKARAGAMAN DAN POLA ZONASI MAKROINVERTEBRATA BENTIK DI PANTAI BERBATU PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

KEANEKARAGAMAN DAN POLA ZONASI MAKROINVERTEBRATA BENTIK DI PANTAI BERBATU PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

Nimas W.N., Ario Mukti, Hari M., Melia E., M. Nisa
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
         Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia yang mendukung kehidupan berbagai jenis makroinvertebrata, namun ketersediaan data mengenai tingkat keanekaragaman makroinvertebrata sangat terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan pola zonasi makroinvertebrata bentik di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Data penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar evaluasi dan titik tolak atau pertimbangan dalam penentuan kebijakan pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo. Metode penelitian menggunakan belt transect method yang disesuaikan dengan topografi pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Didapatkan sembilan kelas makroinvertebrata bentik di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo, yaitu kelas Gastropoda, Decapoda, Bivalvia, Anthozoa, Echinoidea, Holoturoidea, Ophiuroidea, Chaetopoda, dan Amphineura. Sebaran kelas makroinvertebtara di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo tidak menggambarkan pola zonasi yang teratur.
Kata kunci: makroinvertebrata, bentik, Alas Purwo

PENDAHULUAN
        Indonesia terbentuk atas kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Kondisi geogafis Indonesia memungkinkan banyak ditemukannya jenis makroinvertebrata, karena Indonesia memiliki iklim tropis dengan temperatur tinggi dan relatif tetap sepanjang tahun, kelembaban dan curah hujan yang tinggi  (Dharma, 1992).
        Taman Nasional Alas Purwo memiliki vegetasi hutan dan pantai yang cukup lengkap dan beragam, salah satunya adalah pantai berbatu Pancur dengan jumlah  jenis makroinvertebrata yang cukup banyak. Makroinvertebrata memiliki kedudukan yang cukup penting dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem pantai. Taman Nasional Alas Purwo selain berfungsi sebagai daerah konservasi juga berfungsi sebagai tempat wisata. Karena memiliki fungsi tersebut maka tiap tahun jumlah pengujung semakin meningkat, sehingga kelestarian  ekosistem suatu organisme semakin terancam, khususnya ekosistem pantai. Seperti pada kasus kerusakan ekosistem pantai Bama Taman Nasional Baluran, di mana mengakibatkan menurunnya kelimpahan mentimun laut (Holothuroidea) dari tahun ke tahun (Irawan, 2009, komunikasi pribadi).
        Pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo masih termasuk alami karena minimnya jumlah pengunjung. Oleh karena itu, sebelum terjadinya kerusakan ekosistem pantai seperti di pantai Bama Taman Nasional Baluran, dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah tentang bagaimana keanekaragaman makroinvertebrata khususnya bentik di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai keanekaragaman makroinvertebrata bentik di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Dan diharapkan informasi ini dapat dijadikan sebagai dasar evaluasi dan titik tolak atau pertimbangan dalam penentuan kebijakan pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo.

METODE PENELITIAN
        Penelitian ini dilakukan tanggal 3-5 Februari 2009 di daerah pantai berbatu Pancur TN Alas Purwo, Jawa Timur. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), tali transek (rafia), alat tulis, kamera digital, meteran gulung, dan tabel pengamatan. Bahan pada penelitian ini adalah makroinvertebrata bentik di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo.
        Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah belt transect, yaitu dengan menarik garis tegak lurus terhadap garis kontur (garis pantai). Panjang transek disesuaikan dengan topografi pantai. Jarak penempatan transek (plot pertama dari setiap transek) terhadap batas garis pantai (batas pasang tertinggi) adalah 10 m. Kemudian ditentukan titik koordinat transek dengan bantuan alat GPS. Jumlah transek yang akan dibuat sebanyak 6 transek dengan jarak antar transek adalah 5–10 m. Selanjutnya pada transek tersebut dibuat plot berukuran 1x1 m dengan jarak antarplot adalah 5 m. Untuk mempermudah pendataan makroinvertebrata, tiap plot dibagi menjadi 4 subplot. Selanjutnya dihitung jumlah dan jenis makroinvertebrata serta mengamati substrat pada masing-masing plot. Data-data yang diperoleh akan dimasukkan dalam tabel pengamatan. Tiap plot didokumentasikan dengan menggunakan kamera digital.
        Untuk mengetahui keanekaragaman dan pola zonasi makroinvertebrata bentik dilakukan dengan menganalisis secara deskriptif data-data yang telah dimasukkan dalam tabel. Analisis pola zonasi makroinvertebrata bentik juga dilakukan dengan memvisualisasikan dalam gambar kemudian dilakukan penjelasan secara deskriptif.



Gambar 1. Ilustrasi Pembuatan Transek dan Plot Penelitian.
       
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Makroinvertebrata bentik di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo



Kelas
Famili
Jumlah individu
Gastropoda
Buccinidae
2

Camaenidae
11

Cerithiidae
211

Conidae
25

Culumbellidae
149

Cymtiidae
2

Mitridae
1

Muricidae
749

Nassariidae
1

Neritidae
1262

Patellidae
2

Planaxidae
136

Trochidae
89

Turbinidae
254

Veneridae
1
Decapoda
-
1037
Bivalvia
Ostreidae
62
Echinoidea
- 
15
Holothuroidea
 -
1
Ophiuroidea
 -
12
Amphineura
Cithonidae
5
Anthozoa
 -
34
Chaetopoda
 -
5
 























Gambar 2. Sebaran makroinvertebrata bentik di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo



PEMBAHASAN
Diversitas Makroinvertebrata Bentik di Pantai Berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo
        Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo, ditemukan sembilan kelas makroinvertebrata bentik, yaitu kelas Gastropoda, Decapoda, Bivalvia, Anthozoa, Echinoidea, Holoturoidea, Ophiuroidea, Chaetopoda, dan Amphineura. Hasil identifikasi makroinvertebrata tersebut dapat dilihat secara lengkap dalam Tabel 1.
        Dari tabel tersebut terlihat bahwa diversitas makroinvertebrata bentik di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo cukup tinggi. Hal ini dikarenakan pengaruh dari substrat pantai Pancur yang mayoritas adalah batuan. Seperti dikemukakan Nybakken (1988), dari semua pantai intertidal, pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan.


Pola Zonasi Makroinvertebrata Bentik di Pantai Berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo
        Sebaran makroinvertebrata bentik di pantai berbatu Pancur berdasarkan pada urutan plot (dari garis pantai) tidak menampakkan pola zonasi yang teratur seperti terlihat pada Gambar 2. Sebaran atau keberadan masing-masing kelas makroinvertebrata pada urutan plot di semua transek pada pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo lebih berhubungan dengan topografi pantai. Seperti diutarakan Nybakken (1988) bahwa keragaman topografi pantai mempengaruhi pembagian horizontal atau zonasi organisme. Kondisi pantai yang berbatu menyebabkan topografi pantai Pancur berbeda dengan topografi pantai berpasir dan pantai berlumpur. Pada pantai berbatu Pancur topografi pantainya tidak rata, di mana terbentuk lembah-lembah dan bukit-bukit kecil akibat permukaan batuan yang tidak beraturan.
        Pada daerah topografi yang rendah (cekungan) meskipun air sudah surut tetapi masih tergenangi air laut karena rongga yang dibentuk lembah tersebut. Sedangkan pada daerah topografi yang lebih tinggi (gundukan) menyebabkan batuan tidak tergenangi air laut ketika sedang surut. Dari perbedaan kondisi ini menyebabkan perbedaan jenis makroinvertebrata bentik yang mendiami daerah tersebut.
        Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, pada daerah cekungan ditemukan jenis makroinvertebrata bentik dari kelas Gastropoda (siput), Decapoda (kelomang, kepiting), Bivalvia (kerang), Holothuroidea (mentimun laut), dan Amphineura (kiton). Ini dikarenakan jenis makroinvertebrata dari kelas tersebut mampu bertahan hidup dalam kondisi keterbukaan terhadap udara yang tinggi dan air yang terbatas. Berbeda dengan jenis makroinvertebrata bentik yang hanya dapat hidup pada tempat yang selalu tergenangi air. Makroinvertebrata dengan sifat seperti ini banyak dijumpai pada gundukan batuan di pantai berbatu Pancur, yakni dari kelas Echinoidea (bulu babi), Anthozoa (anemon), Chaetopoda (cacing laut), dan Ophiuroidea (bintang mengular). Selain selalu digenangi air laut, pada gundukan batuan tersebut juga terdapat berbagai jenis alga, sehingga semakin memperkaya diversitas makroinvertebrata. Karena kondisi topografi yang seperti ini, mengakibatkan makroinvertebrata menyesuaikan habitat yang cocok agar dapat bertahan hidup. Seperti makroinvertebrata dari kelas Gastropoda yang ditemukan hampir di semua plot karena menurut Romimohtarto dan Juwana (2007), Gastropoda memiliki satu atau banyak insang dan sebuah paru-paru dalam rongga mantel sehingga mampu hidup pada kondisi daerah yang selalu tergenangi air maupun pada daerah udara terbuka.

KESIMPULAN
        Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa di pantai berbatu Pancur Taman Nasional Alas Purwo terdapat 9 kelas makroinvertebrata bentik, yaitu kelas Gastropoda, Decapoda, Bivalvia, Echinoidea, Anthozoa, Amphineura, Holoturoidea, Chaetopoda, dan Ophiuroidea. Dan dapat dilihat bahwa persebaran makroinvertebrata di pantai berbatu Pancur didominasi oleh kelas Gastropoda.
        Meskipun tingkat diversitas di pantai berbatu tinggi, tidak dapat ditentukan pola zonasi makroinvetebrata di pantai berbatu Pancur, karena pengaruh topografi pantai berbatu yang tidak beraturan.

DAFTAR PUSTAKA
BTN ALAS PURWO. 2007. Laporan Tahunan Balai Taman Alas Purwo Tahun 2007. Banyuwangi, Jawa Timur.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shell). PT Sarana Graha, Jakarta
Dharma, B. 1992. Indonasian Shell II. PT Sarana Graha, Jakarta
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta
Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 2007.  Biologi Laut. Djambatan. Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar